Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

TENTANG SENJA

TENTANG SENJA Karya Senja Kelana Musim yang selalu bercerita, tentang Senja, sampai jingga yang arif selalu menemani rona awan yang malu malu berdansa di atas langit. Bahkan rinaipun tak segan segan bersetubuh dengan bumi. Bahkan hati yang selalu biru, menatap pesona wajah, ketika mayapada melepas letih. Selaksa rindu menggayut dilambaian dedaunan yang asyik berdansa dengan lembutnya hembusan bayu. Seonggok letih yang hilang disela hempasan buih buih ombak di pantai Lasusua. Sedang angan melayang membelah jagat, merapal sejuta mimpi yang masih tertawa mengejek Perjalanan hidup.... Aku.. yang serupa nyanyian alam, berlantun sendiri Saat ilalang bernyanyi sunyi yang lelah di timpa hangatnya mentari senja....... Baroko, 26 Januari 2017

SETANGKAI ILALANG

SETANGKAI ILALANG Oleh         Senja Kelana Jalan terbentang Tersapu jejak di rimbun pepohonan rindang Aku hanyalah setangkai ilalang Rebah di ujung Senja nan remang Hela nafasku terselip namamu Terpatri mekar dilubuk hati Kini...,, Seakan jauh di rimba raya Setangkai ilalang rebah Resah di ujung senja Terhalang rimbun dedaunan perkasa Jejak menghilang di remang tabir waktu Aku hanya setangkai ilalang Rebah dinina bobokan hari Lenyap tersirap waktu Bunga enggan mekar berseri #Sang_Senja 1 Desember 2016

SENDANG PERTIWI

Sendang Pertiwi Oleh:         Senja Kelana Senandung senja Lelaki tepian telaga Di hampar ilalang Riak bernyanyi riang Sendang beriak rona menjingga Lantun kidung alunan merdu Putra bangsa melaju Bawa harum sendang persada Sendang negeriku masih beriak manja Kepak sayap belibis putih masih terlihat Bawa harum sendang negeri tergurat Terlukis indah di mata mayapada Belibis putih sendang pertiwi Tiada bekas lentik jemari para berdasi Tiada ulur jabat cukong negeri Putra jelata pertiwi sejati Wahai belibis sendang Nusantara.. Kepakkan sayapmu bawa harum pertiwi Biar para berdasi melek di kursi merem Biar para cukong menonton diatas mobil balap Wahai belibis sendang negeri Tak perlu jadi peminta minta Seperti mereka hanya tuk di kata Jadilah jelata di sendang negeri saat senja Enrekang, 17 April 2016 #Puisi_Sang_Senja #Satire

MASIH TERLALU DINI

Masih Terlalu Dini Oleh      Senja Kelana Masih terlalu dini tuk kita tersenyum Jalan ini masih penuh onak belikar Taburi taman, melilit beringinku Bahkan  Masih tampak senyum benalu jalang menancapkan akarnya Dahan dahan dan reranting meranggas lirih Bukan salah sesiapa.... Jika benalu berurat akar di sana Andaikan beringin beringin sadar akan benalu yang menjalari hati... Mungkin senyum ceria itu tergurat saat pagi menyapa pertiwi.... Bahka.... Disetiap lekuk bahkan akar, batang dan dedaunan bersaing benalu menghisap pati... Masih terlalu dini tuk kita tersenyum.. Saat benalu berurat akar di beringin taman persada.... Bukan salah sesiapa...... Baroko, November 2016 Kisah Beringin ditaman negriku....

ILALANG

Ilalang Oleh Senja Kelana Ilalang Bilakah kuncup merekah Di taman hati yang kini gerah Bersemi tak jua kunjung Ilalang Kemana kau Taman kini tanpa jelang Entah sua raib kemana dahulu Ilalang.... Bilakah rinai semai hari Bermekaran semusim takkan hilang Saat senja kunanti Lelaki tepian Dihampar ilalang Sunyi menjalar di hati nan rawan Menanti senja berteman gamang Di sini Di dipan tua Menyapa ilalang Tak kunjung bersemi Baroko, 18 November 2016

BERINGIN MUTIARA PULAU

Beringin Mutiara Pulau Karya      Senja Kelana Beringin mutiara pulau Rimbun di Tanah impian Naungan sang kelana Singgahan para musafir Beringin mutiara pulau Batang kokoh berdahan kuat Menopang reranting lentik Berdaun perisai batang nan tangguh Beringin mutiara pulau Takkan meranggas sepanjang masa Walau seribu benalu memanjat Mengisap sari pati tumbuhmu Beringin mutiara pulau Rimbun di Tanah impian Tumbuhlah bersemi Biar para benalu tersungkur malu Hengkang di dahan nan kokoh Beringin.... Beringin di tanah nan kaya Akar lima penopang setia Satu batang, berdaun nan lembut Benalu di dahanmu Tak jua pergi.... Tak malu melihat daun daunmu Yang gigih menambang sari... Beringin mutiara pulau Sedikit meranggas Lelaku benalu tak malu Mengisat pati tumbuhmu Baroko, 18 November 2016 #Sang_Senja

BERINGIN MUDA

Beringin Muda Karya Senja Kelana Baru saja kuncup kecilmu Mekar bersemi di tanah pertiwi Suaka indah tanah nan berkilau Taman indah beringin bestari Beringin muda di taman negri Tumbang... tumbal para penjagal nurani Memerah tanah nan berpekerti Darah beringin muda mengalir dini Beringin muda di taman negri Tidurlah dipangkuan bumi nan sejati Biar para jagal berpesta diatas perih Dedoa menyertaimu di Ajlannah Baroko, 17 November 2016

BUNGA KECIL

Judul:          Bunga Kecil Karya       Senja Kelana Mentari garang memanggang Rebah satu satu bunga petang Seketika tanah pertiwi meraung Hancur luluh mengejang "Nak, pergilah dengan damai" "Mungkin pelukan pertiwi lebih bestari Darahmu yang menetes hari ini Lambang duka tangis anak negri!" Bunga kecil nan menawan Tunas muda harapan Pulang dipangkuan Bunda Kemarin diatas puing berserakan Gelegar..... Percikan api menghambur Puing puing sisa hangus terbakar Buah tangan sang jahil tak akur "Nak tidurlah dalam damai Biar kasih ilahi menjaga Nirwana menjamu mesra Dedoa selalu bersama menemani!" Darahmu yang mengalir kemarin Jadi saksi kisah kisah pilu Tanah yang damai impian bersama Ternoda tangan putra bangsaku Ledakan memecah hening Sisakan sendu di tanah ini Bunga kecil nan menawan Rebah di pangkuan Ilahi Baroko, 16 November 2016 Kisah gadis kecil bersimbah darah Telentang di Tanah Pertiwi Sajak untuk Olivia

SURAT UNTUKMU

SAMPUL ... SURAT UNTUKMU KARYA          Senja Kelana  "Hei, apa kabarmu hari ini? Sementara binar matamu masih terbayang Senyum simpul di wajahmu nan ayu. Sekian lama kita tak jumpa, hari ini aku terbuai rindu yang menggayut. Sedangkan hari cerah seperti cerahnya wajahmu yang dulu. "Kau ingat, tembang yang sering kita dendangkan?". "Ataukah mimpi mipi kita berdua kala itu?" "Hei!, aku takkan lupakan semuanya, tentang kita, cerita indah kita dahulu saat masih bersama, penuh kasih nan mesra, dan kelucuan putri dan putra kita". Kini kau pergi.... Meninggalkan kenangan yang takkan terlupa        "Semoga Bahagia Di Sana" Sekian saja suratku untukmu Tertanda           Suwardi Us To Marecuh Tongko, 20 Oktober 2016

ARFYLISHA PUTRI

Arfylisha Putri Karya:            Senja Kelana Anggun langkahmu Ramah dalam santun Figur keanggunan terpantul Yang lahir dari jiwamu Laksana bidadari Insan pembawa sekapur lusuh Sedikit tersisa di baju berdebu Hembuskan ejaaan di bibir mungil Asa kau lukis di wajah polos anak negri Paras melati bunga pertiwi Untaian terukir di bangku gedung putih Titahkan sejahtera pada penerus Rampai mengalung diambang pagi Impian masa, teladan putra putri bangsa Lasusua Sul_Teng, 10 Nov 2016

PECAH

Mengasah ajar Pecah Lantak Oleh:        Senja Kelana Serupa angin berlalu Angan jua, saat senja Lapuk sudah rasaku Remuk, retak didada Rasanya hilang Laksana kilat menyambar, getir Ruam hati entah jelang Tersisa pecah tak berbutir Tinggal kerak Tersisa lapuk Pecah lantak Hati tercampak Serupa badai Berlalu, saat senja Lukisan hati di rinai Hilang tanpa bekas, empedu rasa Baroko 30 Oktober 30-2016 #Puisi_Sang_Senja

HARAPAN YANG TERTUNDA

Selamat Hari Sumpah Pemuda          *********************          Harapan Yang Tertunda Karya:            Senja Kelana Wahai kayu yang berkobar biru Api yang bersemayam sunyi Tampakkanlah panas, dan garangmu Di bumi yang membumi Pekik lantang sumpah pemuda Di dada yang panas membara Akankah selamanya Membakar arang semangat jiwa Harapan yang tertunda... Kini terlunta Lelap di tengah hari, terbungkus Kain sobek, gosong, hangus Sumpah yang tertunda Terlihat di bumi yang membumi Pincang di sisi jalan yang ramai Patah di pundak, sesak nafas anak bangsa Tongko, 29 Oktober 2016

KETIKA KEMUNCUNG BERBUNGA

Tema Doa Dan Harapan Ketika Kemuncung Berbunga Oleh       Senja Kelana Ketika kemuncung berbunga Ilalang tertawa lepas berdansa Menari riang dibelai sang bayu Selaksa rindu menggayut biru Kabutpun enggan menepi, Cakrawalapun malu bercengkrama dengan mentari senja. Seperti nuansa hati, terlihat kasat mata yang jengah Ujung senja yang sendu, sendiri menyulam dunia.... Perjalanan ini Terseok langkah meniti Sisa fajar kemarin masih sepi Pada penghujung senja menanti Ketika kemuncung berbunga Mata jengah menatap asa Titian kayu masih terhalang rasa Dihimpit rona kelam dahaga Bila saatnya kemuncung berbunga Tersembul asa Di dedoa pagi Ketika hari santun menyapa Baroko, 27 Oktober 2016 #Sang_Senja

ANJING JALANAN

Anjing Jalanan Karya       Senja Kelana Gonggong menggonggong Garang muka tabiat anjing Kibas buntut yang puntung Seringai geraham, muka belang Mangsa lewat, muka garang Didarat, dimana mana jalang Lempar sebatang tulang Diam sudah, pulang Kau... anjing jalanan Liur meleleh diujung pekan Tergolek gemuk disudut jalan Bergelimamg tulang para pejalan Palopo on road, 20 Oktober 2016 #Sang_Senja

Untuk Kekasih

Masaku merindu Untuk kekasih Yang jauh disana Masihku merindu    Saat pagi menyapa masih terselip kenang. Kala lentik jemari bermain menggelitik bangunkan aku. Atau saat siang, langkahmu gemulai menyambut, sapa indahmu dan semua kenangan itu selalu menggoda hari hariku.    Kekasih... Engkau tahu... Rumah ini selalu sepi tanpamu, seperti figura tanpa bingkai.     Tak terlalu banyak yang aku sampaikan, cukuplah agar sedikit rinduku terobati. Selamat malam dinda Kujaga titipanmu dengan ikhlasku Semoga kau dalam lindungan Ilahi Rabb Di tempatkan di Aljannah Amien... Baroko, 24 September 2016 Dari kekasihmu....

Menyapa Sejarah

Tema: Kobarkan semangat, Indonesia Jaya Judul:            Menyapa sejarah Karya:              Senja Kelana Kokoh... laksana batu karang Teguh tiada terhempas gelombang Tak peduli badai menerjang Bela Nusantara, menyerah.. pantang Ayam jantan dari timur Berkokok nyaring, semangat berkobar Bela negara, timur matahari Hasanuddin pahlawan sejati Kini.... Pagi menyapa sejarah Kenang masa yang hampir lelap Terhempas waktu beranjak jenuh Tertutup nafsi yang kalap Patriotis tinggal slogan Teriakan lantang para pemimpi Sejarah tinggal kenangan Hampir sirna didada putra putri pertiwi Bangkitlah..... Wahai putra putri bangsa Bangunlah dari lelap semalam Kobarkan semangat, Indonesia jaya Baroko, 19 september 2016 #Sang_Senja

Indah Alamku

Indah Alamku Oleh:         Senja Kelana Lentik jemari menari Belai lirih senandung hati Bulir letih tiada terasa Derai sang bayu, belai mesra Lincah melenggok Dara jelita, melenggang Diantara ilalang Mengalun lembut meliuk Suara alam berbaur indah Lantun seruling si anak gembala Bangkitkan rindu, tana pusaka Pada sanak dan handaitaulan nun jauh Nun jauh latimojongpun masih mega Berdiri kokoh naungi indah alamku Rindu melabuh, melebur sukmaku Permai tanah kelahiran nan jaya Tanah Duri.... Nun di balik gunung Berhiaskan ladang luas menghijau Penyambung hidup, harapan putra bangsa Baroko, 17 September 2016 #Sang_Senja

Rindu

Rindu Oleh Senja Kelana Rindu Teritipkan Pada sang malam Biar lekat wajahmu di hatiku Agar... Hariku tenang Dalam sinar cintamu Hingga jiwaku tentram Rindu Inipun masih ada Pada raut wajahmu di sana Kutitip pada Ilahi semua tentangmu..... Ikhlas Dalam kuasa_Nya Tulus dalam Takdir_Nya Hingga masa menentukan jua Padamu Selaksa rindu Hadirkan benih kasih Dalam asuhan Ilahi Palopo, 9 September 2016

Telaga Sunyi

Telaga Pun Sunyi Oleh:         Senja Kelana Telaga ini masih pun seperti kemarin, tiada berubah. Saat senja... Rona jingga berarak melintas, di sertai nyanyian cinta para belibis, yang lincah bermain di sela sela kembang teratai. Seorang lelaki terdiam dalam kisah, sendiri menatap di hampar ilalang yang menari riang bersama hembusan sang bayu. Di selah bibir terlantun nyanyian rindu menggayut mengalun lembut membelai dedaunan, lamat... terbawa nun jauh terdengar lirih lantun serunai menghembus membelai, menghanyutkan rasa kasih. Pada hampar ilalang menutur tutur... Pada riak bening bercerita cita Senja pun berlabuh... tepian telaga pun sunyi, tinggal lelaki tepian telaga dalam sunyi, bersama kisah hati dan kidung kidung rindu berpadu. #Palopo #Al_Kisah

Que sera sera ( Yang Terjadi Biarlah Terjadi

Que sera sera Oleh:        Senja Kelana Aku, hanyalah aku Berdiri di titian waktu Berjalan di tepian hulu Terbaring di ujung tepian Onak menggaris Hati menari teriris Jeritan terbang melukis Berjalan batu mengganjal, kikis Andaipun ada kini.. Panorama itu bukan untukku Bu~kan untukku!.. bukan padaku Yang terjadi biarlah terjadi Tiada sesal tanpa kecewa Langkah satu di atas badai Angin menyapu pasir berderai Deru debu menggurat pelangi senja Yang terjadi biarlah terjadi Jiwa pasrah ketentuan jua Hadirkan hati sebening embun pagi Kuasa-Mu atasku, tuntun hidupku  Palopo, 16 Maret 2016

Pada Telaga

Pada Telaga Karya:       Senja Kelana Pada gunung lembah dan ngarai Pada sungai curuk dan buih memutih Pada angin berhembus membelai Kutitip salam kata merangkai Pada pantai berombak gemulai Pada sang camar menukik menari Pada karang tertampar berdesir bernyanyi Kurangkai rindu kasih berbingkai Pada telaga bening di balik bukit Pada pepohonan menjulang langit Pada ilalang meliuk rimbun rekat Kuuntai pesona parasmu lekat Di sini dipan ini Melebur serpihan hati Meraup tada pelipur sepi Tengadah letih gerai sunyi Masihpun laksana kemarin Di dipan tua Merangkai asa dalam penantian Palopo, 23 Februari 2016

Serunai Malam

Serunai Malam By:        Senja kelana Malam ini... Kurangkai kata memuji Jelita rupa memikat hati Paras nan elok bawa mimpi Bila tiba... Sepi menyelimuti Malam kelam sunyi Tiada teman tiada kasih di sisi Bawa dendang... Tembang lawas penghias malam Mengalun meresap ke kalbu terdalam Sesepi telaga di ujung penantian... diam Kala... Serunai masihpun berlantun Lantunkan nyanyian pelipur jiwa Bawa angan mengembara mengalun Hembuskan di telinga perindu Bisikkan di kalbu puan jelita Liukkan rupa di bias kaca maya Lelap, rebah di peraduan sendu merantai.. luruh Baroko, 23 Februari 2016 At: 12: 44 am.

Getir

Getir Karya Senja Kelana Aku melihat Ada getir di sana Berkecambah Di sel darah Bulan tertutup awan Dahan kering kerontang Jerit pungguk sesekali memanggil peri(h) Sendu merasuk, rinai darah menetes Mata.... Mata.... Memerah sembab merembes Legenda masa terus berjalan batu Di arca arca diam membeku Jerit darah berpasung kelabu Berkalang sakit, terpasung pilu Enyah...... Eeeeennnyaaaaahlah!...... Enyahlah Aku melihat Getir Di sana Lasusua, 11 April 2017