Postingan

Padamu

Gambar
 Tak Seperti Tangis Kemarin Karya Senja Kelana Padamu Yang jatuh kemarin  Dari ranting beringin dan berserak tinggalkan sejuta mimpi adalah mimpi kami Padamu, yang kemarin bertelanjang dada menantang maut, dengan pekik lantang hidup atau mati tinggalkan setetes darah mengaliri pori kami, anak anak pertiwi Dengan rendah hati dan tulus. Sebuah rangkaian bunga dan seutas doa mengiringi jalanmu. Kini baktimu telah usai bersama kuntum kuntum kamboja Dan balada itu tetap di dada kami Enrekang, 1Januari 2021

TANPA BINTANG

Tanpa Bintang Oleh Senja kelana Malam dingin Gigil menyelimuti, sementara hujan dengan mesra menyetubuhi bumi, tetesannya mengisahkan kisah kisah yang tak pernah usai hingga masa terus berlanjut. Perjalanan hidup Berliku laksana sebuah pentas yang mengalir tanpa sutradara, berjalan tak lebiah dari air yang mengalir, terkadang keruh, atau jernih Dan malampun semakin larut, tinggal rinai satu satu mengetuk genteng, seperti irama lawas mengalun dari bibir perawan, sebentar lagi derit pembaringan ceritakan sepi, seperti malam malam yang lalu, diam dalam dekap letih yang menjarah raga Lelaki sunyi diam dalam kelam Menatap langit tanpa bintang Tongko, Rabu 13 September 2017 at 11:30 pm

WAHAI DARAH YANG MENGALIR

Ikut Event... Terpilih sebagai kontributor Wahai Darah Yang Mengalir Karya Senja Kelana "Wahai darah yang mengalir dari susu kehidupan, dan tubuh letih berkamben sarung dengan tumit pecah bernanah, yang mengalirkan bingkai kasih sayang, tanpa letih mengajar berjalan!" "Wahai tangan keriput yang lemah menjuntai letih, yang selalu memberi senyum kala sedih dan duka atau saat bahagia dan damai, kusimpuhkan... pada tengadah tanganmu dan dedoamu, restu dan ikhlasmu, ketika kujejakkan kaki melangkah bersama seuntai harapan yang dalam takdir telah tersurat... "Wahai peluh peluh kasih yang tak pernah mengeluh, saat dalam timangmu dengan lenganmu yang mulai rapuh, tangan lemahku yang hanya sanggup menyentuh dagumu yang keriput... Kusimpuhkan sujud di kakimu Bermohon tentang restumu yang tak pernah berhenti mengikuti langkahku... Bunda.... Bunda... Dikaulah bunda Restumu membimbingku Restumu yang menuntunku Yang hari ini kulangkahkan kaki Dan harapan dalam ta

TENTANG SENJA

TENTANG SENJA Karya Senja Kelana Musim yang selalu bercerita, tentang Senja, sampai jingga yang arif selalu menemani rona awan yang malu malu berdansa di atas langit. Bahkan rinaipun tak segan segan bersetubuh dengan bumi. Bahkan hati yang selalu biru, menatap pesona wajah, ketika mayapada melepas letih. Selaksa rindu menggayut dilambaian dedaunan yang asyik berdansa dengan lembutnya hembusan bayu. Seonggok letih yang hilang disela hempasan buih buih ombak di pantai Lasusua. Sedang angan melayang membelah jagat, merapal sejuta mimpi yang masih tertawa mengejek Perjalanan hidup.... Aku.. yang serupa nyanyian alam, berlantun sendiri Saat ilalang bernyanyi sunyi yang lelah di timpa hangatnya mentari senja....... Baroko, 26 Januari 2017

SETANGKAI ILALANG

SETANGKAI ILALANG Oleh         Senja Kelana Jalan terbentang Tersapu jejak di rimbun pepohonan rindang Aku hanyalah setangkai ilalang Rebah di ujung Senja nan remang Hela nafasku terselip namamu Terpatri mekar dilubuk hati Kini...,, Seakan jauh di rimba raya Setangkai ilalang rebah Resah di ujung senja Terhalang rimbun dedaunan perkasa Jejak menghilang di remang tabir waktu Aku hanya setangkai ilalang Rebah dinina bobokan hari Lenyap tersirap waktu Bunga enggan mekar berseri #Sang_Senja 1 Desember 2016

SENDANG PERTIWI

Sendang Pertiwi Oleh:         Senja Kelana Senandung senja Lelaki tepian telaga Di hampar ilalang Riak bernyanyi riang Sendang beriak rona menjingga Lantun kidung alunan merdu Putra bangsa melaju Bawa harum sendang persada Sendang negeriku masih beriak manja Kepak sayap belibis putih masih terlihat Bawa harum sendang negeri tergurat Terlukis indah di mata mayapada Belibis putih sendang pertiwi Tiada bekas lentik jemari para berdasi Tiada ulur jabat cukong negeri Putra jelata pertiwi sejati Wahai belibis sendang Nusantara.. Kepakkan sayapmu bawa harum pertiwi Biar para berdasi melek di kursi merem Biar para cukong menonton diatas mobil balap Wahai belibis sendang negeri Tak perlu jadi peminta minta Seperti mereka hanya tuk di kata Jadilah jelata di sendang negeri saat senja Enrekang, 17 April 2016 #Puisi_Sang_Senja #Satire

MASIH TERLALU DINI

Masih Terlalu Dini Oleh      Senja Kelana Masih terlalu dini tuk kita tersenyum Jalan ini masih penuh onak belikar Taburi taman, melilit beringinku Bahkan  Masih tampak senyum benalu jalang menancapkan akarnya Dahan dahan dan reranting meranggas lirih Bukan salah sesiapa.... Jika benalu berurat akar di sana Andaikan beringin beringin sadar akan benalu yang menjalari hati... Mungkin senyum ceria itu tergurat saat pagi menyapa pertiwi.... Bahka.... Disetiap lekuk bahkan akar, batang dan dedaunan bersaing benalu menghisap pati... Masih terlalu dini tuk kita tersenyum.. Saat benalu berurat akar di beringin taman persada.... Bukan salah sesiapa...... Baroko, November 2016 Kisah Beringin ditaman negriku....